Kamis, 20 Oktober 2016

Resah



1.35 AM
JAKARTA 21 OKTOBER 2016

Sudah subuh menjelang pagi ternyata.
Aku di sini, di kamar hangatku. Duduk, berdiri, berpindah ke tempat tidur, sesekali meneguk kopi susuku yang mulai dingin. Aku gelisah. Pernyataan yang kau kirim melalui pesan singkat masih terngiang – ngiang di pikiranku. Aku tak habis pikir, setelah hari – hari dan percakapan panjang yang merenggut emosi itu kita lalui, masih kah kau meragukanku?
Ini bukan hanya tentang masa depan. Hey! Sebelum masa depan itu datang, kita akan melalui masa- masa ini bukan? Sejujurnya aku kecewa. Ya kecewa karena diragukan. Tak bisakah kau diam dan berpura – pura semua ini baik – baik saja? Kita sama – sama mencinta, bukan?

Bukan.
Bukan, bukan, bukan. Memang jawabannya bukan. Bukan aku yang menjadi nomor satu di kepalamu. Bukan aku yang menjadi nomor satu di hatimu. Bukan aku juga yang menjadi prioritasmu. Jangan salahkan aku ketika sabarku habis. Ini bukan hanya tentang aku atau kamu. Ini tentang kita. Ini tentang relasi kita.

Lalu aku harus apa?

Harus diam. Harus membiarkannya saja. Harus menerima dengan senyum palsu sambil mengatakan “ hey sweetheart, all is well”. Atau aku harus menyerah. Harus berhenti, kemudian pergi. Tapi asaku tidak segentar itu. Kembali kuingat kisah kita. Kembali kunikmati cinta kita. Kembali kurasakan syukurku. Syukur memilikimu. Syukur bersamamu. Jangan cepat menyerah akan kita, kasih. Karena aku begitu mengasihimu.